Bekas kebakaran tahun 2014 di desa sungai tohor. dok Rio susanto |
Sungai tohor adalah ibu kota dari
kecamatan Tebingtinggi timur kabupaten kepulauan meranti provinsi Riau, selat panjang
merupakan ibukota dari kabupaten kepulauan meranti. Selat panjang salah satu
kota transit jalur laut dari pekanbaru menuju pulau batam, pulau karimun dan negara
tetangga seperti Malaysia begitu juga sebalikya.
Desa ini terlihat sangat indah ketika sang terik
matahari muncul pada pagi hari. Suara adzan subuh berkumandang membangunkan
siapa pun yang masih terlelap dalam tidurnya. Suara kokok
ayam melengking mengisi senyapnya udara setiap pagi. Kabut/embun
putih disetiap paginya menghalangi mata memandang, namun terasa sangat
menyejukan. Kabut putih itu seolah menyelimuti desa ini. banyaknya pepohonan
yang masih rindang seolah-olah siap siaga menjaga desa ini berdiri dengan
begitu kokohnya. Tak heran, jika memasuki musim liburan banyak masyarakat Desa
sungai tohor tinggal di luar kota pulang ke kampung untuk bertemu sanak saudaranya
yang berada di desa sungai tohor tersebut, atau sering di sebut masyrakat sungai
tohor balek kampung besamo.
Lihatlah,sepanjang
jalan memasuki desa ini terlihat rumah tersusun rapi, jalan yang bersih. Dan di
setiap rumah memiliki pondok-pondok kecil di mana tempat ini sebagai berkumpul
keluarga dan bisa di jadikan tempat santai, kebanyakan di jadikan tempat
merokok bagi yang merokok, kalau merokok di dalam rumah bahaya bagi anak kecil
dan keluarga yang tidak merokok. ada beberapa gang di sini, tidak terlalu
sempit tidak juga terlalu lebar. Juga terdapat beberapa masjid yang sepanjang
jalan mudah kita temui, masjidnya terlihat megah dan sangat bersih, setiap
adzan berkumandang semua masjid terisi penuh. Para bapak, para ibu, kaum
remaja, juga anak-anak ramai memasuki masjid alat shlat dengan rapi melakukan
shalat berjamaah.
Ada juga beberapa kelompok ibu-ibu pkk membuat makan-makanan dari sagu yang terdiri dari beberapa kelompok, adapun jenis makan yang di buat kelompok itu mie sagu,kerupuk sagu,sagu lemak,sagu rendang dan banyak lagi makanan yang terbuat dari sagu sehingga menjadi ciri khas Desa sungai tohor, dan siapa pun yang berkunjung ke Desa ini bisa membeli beberapa makanan untuk oleh-oleh. pohon rumbia yang begitu banyak berdiri dengan kokohnya, ujung-ujung daunnya saling bersentuhan, melambang kan desa ini damai dan tentram. terlihat pula sawah-sawah milik para petani yang ditanami padi masih berwarna hijau sangat indah menggoyangkan ke kanan dan ke kiri mengikuti hembusan angin.
Ada juga beberapa kelompok ibu-ibu pkk membuat makan-makanan dari sagu yang terdiri dari beberapa kelompok, adapun jenis makan yang di buat kelompok itu mie sagu,kerupuk sagu,sagu lemak,sagu rendang dan banyak lagi makanan yang terbuat dari sagu sehingga menjadi ciri khas Desa sungai tohor, dan siapa pun yang berkunjung ke Desa ini bisa membeli beberapa makanan untuk oleh-oleh. pohon rumbia yang begitu banyak berdiri dengan kokohnya, ujung-ujung daunnya saling bersentuhan, melambang kan desa ini damai dan tentram. terlihat pula sawah-sawah milik para petani yang ditanami padi masih berwarna hijau sangat indah menggoyangkan ke kanan dan ke kiri mengikuti hembusan angin.
Tanah di sini begitu subur dengan tanah
gambut yang dalam, tak heran terpampang kebun sagu/rumbia yang sangat luas yang
sekaligus menjadi mata pencaharian masyarakat desa sungai tohor. sagu di desa
sungai tohor di budidaya kan sekitar tahun 1940, dan sempat sagu masyarakat
tohor di kuasai tengkulak (penguasa/cukonng) dari tahun 1970 sampai 1995, dan
akhirnya dapat lepas sekitar tahun 1980 dan di kelola masyrakat sampai saat
ini.
Pada tahun 2006 kondisi ekosistem pulau ini terus mengalami penurunan
kualitas dan kuantitas keberadaan tanaman rumbia terancam saat pemerintah
daerah membagun kanal sepanjang 4 km , lebar 2 meter dengan kedalamn 3 meter
pada tahun tersebut, dalam rangka mempercepat pembagunan inprastruktur jalan
desa. Sayangnya, pembagunan kanal tidak di lengkapi degan pembagunan dam atau
overflow (istilah petani. Red) sehingga air laut masuk dan merusak tananman rumbia masyarakat
tersebut. Sungai Tohor sebagai penghasil sagu yang cukup besar terlihat dari
produksi sagu basah per bulannya saat ini mencapai 480 ton. Nilai ekonomis sagu
yang dinikmati 300 KK di Sungai Tohor ini mencapai Rp 864.000.000. Bahkan dari
sagu ini mampu membiayai perjalanan haji beberapa warga. Terjadi penurunan lagi
pada tahun 2011 warga menilai penurunan produksi sagu ini terjadi sejak adanya
proyek kanalisasi (2009) yang dilakukan oleh PT. Lestari Unggul Makmur,
perusahaan pemegang konsesi HTI (Hutan Tanaman Industri) yang merusak ekosistem
hutan rawa gambut, tempat tumbuhnya pohon sagu.
dan akhir nya masyrakat desa sungai tohor dan enam desa yang termasuk
konsesi tersebut protes ke pemerintah, alhasil sangat mengecewakan pemerintah
tidak menindak lanjuti protes masyarakat tersebut,
Berangkat dari semangat dan konsistensi
perlawanan 7 Desa tersebut, WALHI Riau pada 2009 ambil bagian bersolidaritas
mendampingi masyarakat mempertahankan wilayah kelola dan ekosistem rawa gambut
sumber penghidupan. Konsolidasi dan perluasan dukungan mulai dibangun, bahkan
beberapa seniman nasional juga turut membantu perjuangan masyarakat. Tercatat
ada Fadly, Rindra, Ring of Fire, Iksan Skuter dan Melanie Subono yang
bersolidaritas terhadap perjuangan masyarakat. Puncak penggalangan dukungan
publik terhadap penolakan kehadiran PT. LUM terjadi pada 2014. Saat itu, WALHI
bersama beberapa lembaga jaringan lainnya dan Abdul Manan, tokoh masyarakat
Sungai Tohor membuat sebuah petisi online meminta Joko Widodo selaku Presiden
Indonesia yang belum genap sebulan melaksanakan tugasnya melakukan blusukan ke
Sungai Tohor untuk melihat bekas kebakaran dahysat yang terjadi di lokasi
tersebut pada 2014. Selain itu, juga hendak memperlihatkan kepada Presiden
bahwa kehadiran investasi justru merusak lingkungan hidup dan mengancam
kearifan lokal masyarakat dalam memanfaatkan dan melindungi ekosistem hutan
rawa gambut Tebingtinggi Timur.
Dalam beberapa minggu, petisi menembus angka dukungan lebih dari 20
ribu. Dukungan yang begitu besar ini akhirnya mendapat respon positif, Presiden
Joko Widodo dan akhirnya ia melakukan “blusukan asap” ke Sungai Tohor pada 27
November 2014. Kedatangan Presiden ke Sungai Tohor menghadirkan sebuah angin
segar bagi perjuangan mengusir PT. LUM dari 7 Desa di Kecamatan Tebing Tinggi
Timur. Pada saat hadir, Presiden tidak hanya berkomitmen melawan kebakaran
hutan dan gambut, tetapi juga berkomitmen untuk mengkaji ulang izin PT. LUM dan
menyerahkannya untuk dijaga dan dimanfatkan sepenuhnya untuk kepentingan
masyarakat.
Janji Presiden tersebut menjadi penting untuk terus diingatkan, agar
pemerintah secara serius melakukan penegakan hukum terhadap korporasi pembakar
hutan dan lahan gambut sehingga menimbulkan efek jera. masyarakat meyakni bahwa
upaya restorasi gambut harus dibarengi dengan penegakan hukum dan memperkuat
kebijakan moratorium Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Primer dan Lahan Gambut. Komitmen Presiden tersebut hendaknya
menjadi kebijakan bersejarah, bagaimana pemerintah mengakui kesalahan masa lalu
dalam tata kelola gambut melalui pembenahan secara sistematis dan struktural,
termasuk di dalamnya kebijakan mengatasi ketimpangan penguasaan dan pengelolaan
sumber daya alam yang selama ini sebagian besar dikuasai oleh korporasi.
Buah dari festival ini mulai terlihat
pada penghujung tahun 2015, dimana Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti
Nurbaya, mulai mengerahkan tim-nya untuk melakukan uji teknis secara ilmiah dan
kajian peraturan perundang-undangan guna meriview izin konsesi PT. LUM. Bersama
WALHI Riau dan masyarakat, Tim yang dibentuk Menteri LHK ini kerja bahu membahu
melakukan kerja di lapangan. Buah dari kerja keras ini pun membuahkan hasil
positif, dimana pada 14 Juni 2016, Menteri LHK menerbitkan Keputusan Menteri
LHK Nomor: SK.444/Menlhk/Setjen/HPL.1/6/2016 tentang Pencabutan Keputusan
Menteri Kehutanan tentang pemberian IUPHHK-HT an PT. Lestari Unggul Makmur
seluas 10.390 ha.
Keberhasilan dorongan pencabutan izin PT. LUM tidak membuat perjuangan
berhenti. Fase merebut daulat penuh terhadap wilayah kelola terus dilakukan. Pasca pencabutan izin, masyarakat bersepakat memilih skema perhutanan sosial dengan
mengajukan permohonan hutan desa kepada Kementerian LHK. Berbagai tahapan dan
proses administrasi di tempuh guna memastikan pencabutan izin PT. LUM tidak
digantikan dengan penerbitan izin lainnya di areal yang sama.
Beberapa bulan berselang, kabar baikpun diperoleh. Pengajuan areal kerja
Hutan Desa oleh 7 Desa di Kecamatan Tebing Tinggi Timur disetujui oleh
Kementerian LHK. Sagu, Kelapa, Karet dan Kopi yang menjadi ciri khas 7 Desa ini
bisa terus dipertahankan. Ancaman alih fungsi ekosistem hutan rawa gambut
Tebing Tingi Timur menjadi kebun kayu akasia atau tanaman monokultur lainnya
berhasil dihentikan. Tepat pada Jumat, 17 Maret 2017, Menteri Siti Nurbaya
menyerahkan secara langsung Surat Keputusan Hutan Desa di 7 Desa Kecamatan
Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti kepada 7 Kepala Desa yang
hadir langsung di Medan. Paling tidak, hal ini menorehkan catatan kecil
keberpihakan Negara kepada rakyat yang secara konsisten mempertahan sumber
kehidupan dengan cara yang arif dan bijak berdasarkan tradisi lokalnya.
Selain menjadi petani sagu sebagian besar mata pencaharian masyarakat
Desa sungai tohor adalah menjadi seorang pedagang, ada yang berdagang di desa
ini yang dominannya mereka berdagang bahan makanan yang di perlukan setiap hari
(semabako) dan ada juga yang berjualan di pingir jalan seperti berjualan
lontong sayur,mie sagu dan beberapa jenis kue dari sagu. mereka
berjualan dengan penuh suka cita bertekad untuk membahagiakan keluarganya,
bejualan hanya dengan memakai baju sederhana, meski hati terasa pilu
melihat keadaan nya namun lukisan senyuman yang sangat meneduhkan tetap
terpancar dari wajahnya.
Banyak pula para pegawai PNS di Desa sungai tohor , mereka
ada yang berprofesi sebagi guru, dokter, camat,aparatur desa dan masih banyak
lagi. mereka sukses dengan membawa nama baik desa tempat kelahirannya, sehingga
desa sungai tohor adalah Desa yang mampu mengolah dan mencetuskan para
generasi yang berbakat dan sukses dibidangnya.
Hubungan lalu lintas di Desa sungai tohor cukup
aman dan strategis, tidak banyak terjadi kecelakaan di sini. Selain jalannya
yang selalu diperbaiki setiap tahun, , sehingga kendaraan yang melewati jalan
Desa sungai tohor mereka tidak membawa kendarannya dengan kecepatan
tinggi dan selalu berhati-hati. Setiap sorenya selepas pulang mengaji banyak anak-anak
remaja berpakaian rapi dan tertutup dengan kerudung dan jilbabnya yang
berjalan-jalan mengendari motor berlalu lalang di jalan dengan wajah gembira
ketawa-ketiwi bersama teman-temannya, entah membicarakan apa namun hal itu
cukup menyenangkan, bukan hanya bagi mereka, tapi juga bagi yang melihatnya.
*Rio susanto - Walhi Riau
*Rio susanto - Walhi Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar